NGAJI POSONAN ROMADHON
PONDOK PESANTREN AN-NAWAWI BERJAN PURWOREJO
oleh Beliau
Al-Mukarrom Romo KH. Achmad Chalwani Nawawi Al-Qodiri As-Shomadani
Pada Hari Kamis Malam Jum’at
Tanggal 16 April 2021 M (04 Ramadhan 1442 H)
diringkas oleh: akhsin
Bismillahirrahmanirrahim
Dikesempatan kali ini saya mau berbagi ringkasan pengajian Beliau Al-Mukarrom dalam pengajian Bulan Ramadhan dengan Kitab Ta’limul Muta’allim.
Point-point dari yang saya catat, sebagai berikut:
1. Ganjarane amal kui gumantung niate (Imam Hanafi).
2. Kamu kalau ngaji itu niatnya harus benar.
Maka, dalam hal niat ada pepatah: جدد السفينة فإن البحر عميق
“Perbaharuilah kapal, karna lautan itu sangat dalam.”
3. Pengertian Syech dalam artian bahasa itu orang yang berumur 40 tahun,
walaupun orang itu tidak ‘alim.
Sedangkan dalam artian istilah, Syech itu adalah orang yang ‘alim meskipun orang itu berumur 7 tahun.
4. Para Ulama’ mendefinisikan Syukur itu: الشكر هو صرف النعم (بكسر النون) لعبادة الله
“Syukur adalah menggunakan nikmat untuk beribadah kepada Allah SWT.”
5. Ibadah ada 2 macam:
-Ibadah Muqoyyadah (Shalat, Puasa, dll)
-Ibadah Ghoiru Muqoyyadah (Ngaji)
Jadi, hal apa saja asal diniati untuk mencari Ridho Allah swt itu jadi ibadah.
Misal: Bercocok tanam, Berdagang, dll.
6. Salah satu kenikmatannya punya ilmu itu tidak berharap dengan barang-barang yang dimiliki oleh oranglain.
7. Boleh mencari kedudukan dengan niat amar ma’ruf nahi munkar, bukan untuk kepentingan pribadi.
Justru, seandainya jabatan itu sendiri dijabat oleh orang-orang yang Dzolim, harus kita rebut.Walaupun merebutnya dengan menggunakan biaya. Karna, membiayai kebenaran itu boleh.
8. Di Kota Magelang ada dua Kyai yang sama-sama Tawadlu’nya yaitu Simbah Siroj Payaman dan Simbah Dalhar Watucongol.
Ketawadlu’an Simbah Dalhar yaitu tidak pernah pidato, sedangkan Simbah Siroj banyak berpidato.
Pernah ada salah seorang murid Matur kepada Simbah Siroj:
Murid: Mbah Siroj.. Menawi jenengan ngendikanipun kathah, pidato teng pundi-pundi, nek Simbah Dalhar kok mendel mawon dos pundi?
(Murid: Mbah siroj.. Kalau anda berbicaranya (ilmu) banyak, ceramah dimana-mana. Sedangkan Simbah Dalhar kok diam saja, itu bagaimana?)
Simbah Siroj (dengan Tawadlu’nya mengagumi/memuji Simbah Dalhar)
Kowe rung ngerti.. Simbah Dalhar kui mondok neng Makkah punjul 22 tahun, ilmu makkah di gowo neng tanah jowo kebak ora koclak metu suarane.
(Kamu belum tahu.. Simbah Dalhar itu mondok di Mekkah lebih dari 22 tahun, Ilmunya yang di Mekkah dibawa ke tanah jawa itu penuh tidak keluar bunyi sama sekali)
Di lain hari Ada orang yang tanya kepada Simbah Dalhar:
Penanya : Simbah.. menawi jenengan kok mendel mboten kathah ngendikane kados Simbah Siroj ingkan pidato wonten pundi-pundi.
(Penanya: Simbah.. Kalau anda kok diam saja tidak banyak berbicara seperti Simbah siroj yang ceramah dimana-mana.)
Simbah Dalhar (dengan Tawadlu’nya mengagumi/memuji Simbah Siroj) :
Kowe ojo wani-wani, Kyai Siroj kae Kitab Mlaku! Engko kowe ketabrak!
(Kamu jangan berani-berani, Kyai siroj itu Kitab berjalan. Nanti kamu ketabrak!)
Itu bentuk akhlak Seorang Kyai, Beliau-beliau itu saling mengagumi bukanya saling mencela.
9. Di ceritakan Dulu pernah KH. Chudlori Tegalrejo dengan KH. Nawawi Berjan mengisi pengajian satu tempat di daerah Wonosobo, waktu itu KH. Chudlori santrinya sudah mencapai 1200an sedangkan KH. Nawawi sekitar 80an, KH. Chudlori di kenal sebagai tokoh pesantren sedangkan KH. Nawawi di kenal sebagai tokoh Thoriqoh dan KH. Nawawi pidato yang pertama, Beliau dawuh:
“Kiyai Chudlori niku konco kulo wonten Lasem, sak kamar kaleh kulo, ananging kulo mboten saget ken koyo Kiyai Chudlori, santrine ribuan.. Kulo mboten saget.
(bentuk pujian Kiyai Nawawi kepada Kiyai Chudlori)”.
(Kyai Chudlori itu teman saya saat di Lasem, satu kamar juga sama saya. Tapi saya tidak bisa kalau seperti Kyai Chudlori, Santrinya beliau Ribuan.. Saya tidak bisa.)
Setelah itu KH. Chudlori yang berpidato Beliau dawuh :
“Kyai Nawawi niku, konco kulo sak kamar wonten Lasem, anangin kulo mboten saget ken koyo Kyai Nawawi, saget mimpin Thoriqoh sak Jawa Tengah.”
(Kyai Nawawi itu temen saya satu kamar di lasem, tapi saya tidak bisa kalau seperti Kyai Nawawi, bisa memimpin Thoriqoh se-Jawa Tengah.)
(pada waktu itu KH. Nawawi menjadi ketua Thoriqoh Jawa Tengah tahun 60an).
Beliau berdua saling memuji bukan malah saling mencela, para ulama sudah memberikan contoh.
10. Orang yang tawadlu itu semakin ia tawadlu maka semakin ditinggikan derajatnya
11. Orang kalo mengajar dengan sombong, takabbur, maka ilmu tidak masuk ke hati, ilmu cuma singgah di otak saja. Kalo ilmu cuma singgah di otak saja, akhirnya cuma untuk “Ngotaki kancane”.
12. Habib Sagaf Bin Ahmad Al-Jufri (Pekalongan) mengatakan:
Orang kalau mau mengajar dan kepingin apa yang diajarkannya mudah diterima oleh santri/muridnya maka:
-Harus Ikhlas.
-Harus menguasai materinya/Muthola’ah
13. Habib Sagaf ketika mengisi pengajian di kauman, Purworejo pernah menerangkan ayat Al-Qur’an:
يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي
Allah mengeluarkan barang hidup dari barang mati, bisa. Begitu juga mengeluarkan barang mati dari barang hidup juga bisa.
Tafsiran ayatnya:
Anaknya ‘alim, bapaknya tidak ‘alim (bodoh). Begitu juga, Bapaknya ‘Alim, anaknya tidak ‘alim (bodoh).
(Wong cilik iso dadi wong gede, semono ugi wong gede iso dadi wong cilik)
14. Mbah Shiddieq Berjan, dulu wiridannya membaca ayat Qur’an sehari 20 kali supaya dilapangkan hatinya. Lafalnya:
وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ
Ini termasuk wiridannya Mbah Shiddiq biar dilapangkan hatinya.
Demikian ringkasan ini dibuat, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ringkasan baik kata, kalimat dan isi mohon dimaafkan dan dibenarkan kembali.
Semoga tulis ini bisa bermanfa’at buat kita semua khususnya bagi pembaca. Untuk syi’ar dan berbagi pengetahuan ilmu agama, silahkan diSHARE agar yang lain juga bisa belajar bersama-sama.
Semoga kita semua mendapatkan keluberan berkah dan Ridho dari Beliau Al-Mukarrom sekeluarga dan Para Masyayich Pondok Pesantren An-Nawawi. (adm/am)
sumber:
#CatatanNgajiPasan
#AnnawawiBerjan